KOMUNIKASI PERADABAN NUSANTARA RAJA WARTABONE
Abstract
King Wartabone was the face of Indonesian civilization in the 19th century. His diplomatic skills and ability to mobilize defense potential made the Bone Suwawa Kingdom he led have authority in the coastal area of Tomini Bay. Civilization communication as a research method is examined through primary and secondary sources. The Lontara manuscript which explains the administration of the Bone Kingdom government system is a primary source, which is supported by scientific writings and cultural traces as secondary sources. The large Wartabone clan in Indonesia is a continuation of history and the dedication of patriotic figures. The results of the research show that King Wartabone was able to inherit traces of the archipelago's civilization in the Bogani Nani Wartabone National Park.
Abstrak
Raja Wartabone adalah wajah peradaban nusantara pada abad ke-19. Keahlian diplomasi dan kemampuan mengerahkan potensi-potensi pertahanan, menjadikan Kerajaan Bone Suwawa yang dipimpinnya memiliki kewibawaan di wilayah pesisir kekuasaan Teluk Tomini bahkan menyeberang di Selat Sulawesi menghadapi penjajahan Spanyol di Filipina.
Komunikasi peradaban sebagai metode penelitian mengemukakan tentang timbul tenggelamnya sebuah kekuasaan disebabkan oleh kekuatan peradaban negeri itu. Ketika peradaban sudah melemah, lalu negeri itu mengalami kekacauan dalam negeri, lalu mendapatkan intervensi kekuatan dari luar, berhentilah negeri itu. Digantikan kekuasaannya oleh kekuatan lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kerajaan Bone yang mengutus Raja Wartabone ke wilayah timur Nusantara, telah banyak mendapati kerajaan-kerajaan yang membutuhkan payung perlindungan dari pihak-pihak penyerang. Kehadiran perwakilan Kerajaan Bone di Kerajaan Bone, Kerajaan Suwawa, dan Kerajaan Bintauna telah mampu memberikan perlindungan kepada para penduduk untuk aman dalam bekerja memenuhi kebutuhan hidup mereka.